Pengertian kesusastraan
Kesusastraan itu
dipecah menjadi dua bagian yaitu dari SASTRA dan SENI
Pengertian Sastra
itu sendiri adalah hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia
untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan
pemikirannya.
Sedangkan
Pengertian Seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang
Luhur/ Ketulusan jiwa”.
Jadi Pengertian
Kesusastraan adalah tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi
bahasa, bentuk, maupun isinya.
Pengertian Imu
Budaya
Ilmu Budaya dasar
mengajarkan pembelajaran mengenai konsep-konsep kehidupan dan budaya manusia ,
sedangkan kesusastraan adalah penguraian atas konflik yang digunakan untuk
mencapai suatu hasil yang dikatakan bahwa keindahan atau nilai estetis suatu
cipta sastra timbul karena adanya keserasian, kesepadanan, atau keharmonisan antara
isi.jadi intinya kesusastraan membuat pencerahan atas konflik mengenai konsep
konsep kehidupan dan budaya manusia dengan membawa nilai estetis yang baik dan
menimbulkan keserasian bersama.Namun Ilmu Budaya Dasar (yang dahulu di
sebut sebagai Basic Humanities) berasal dari bahasa latin yang di sebut dengan
“humanus”, yang memiliki arti manusiawi, berbudaya, dan halus. Pada umumnya,
humanities mencakup filsafat, teologi, seni, dan cabang-cabangnya (sejarah,
sastra, dll), maka dari itu humanities menjadi ilmu kemanusiaan dan kebudayaan.
Hubungan Sastra Dan Seni Dengan Ilmu Budaya Dasar
Hubungan sastra,
seni dengan ilmu budaya dasar untuk mengetahui pengetahuan budaya ( the
humanities ) sastra disni digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah
kemanusiaan yang dapat membantu untuk menjadi lebih humanus demikian, musik,
seni rupa, dan sebagainnya
Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya
baris, banyaknya suku kata, dalam setiap baris serta tak terikat oleh rimanya
seperti dalam puisi.
Prosa berbeda dengan puisi karena
variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya
yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa
Latin ”prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat
digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta
berbagai jenis media lainnya. Prosa kadangkala juga disebut dengan
istilah “gancaran”. Dalam kesusstraan, Indonesia memiliki 2 jenis
prosa yaitu prosa lama dan prosa baru. Dibawah ini adalah pengertian dari
masing2 jenis prosa
- Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,
- Prosa baru adalah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Jenis-jenis
prosa lama ada lima komponen adalah:
- Dongeng-dongeng
- Hikayat
- Sejarah
- Epos
- Cerita pelipur lara
Sedangkan
jenis-jenis prosa baru ada lima komponen adalah :
- Cerita pendek (CERPEN)
- Roman/Nov el
- Biografi
- Kisah
- Otobiografi
Adapun contoh cerpen ini sendiri berjudul
"Takdir".
Gerimis tak
berhenti juga, ditambah dengan Tari yang sejak pulang dari sekolah tadi tak
keluar-keluar dari kamarnya.
Padahal jam dinding hadiah dari temannya sudah
menunjukkan pukul 17.15. Itu berarti adzan magrib semakin dekat.
Tari kembali melirik buku bututnya. Aduh! Susahnya,
ia membanting napas kesal isi buku yang dibacanya dari tadi belum masuk juga ke
otaknya.
Karena capek, ia selonjoran di kasur bunga mawarnya
itu. Tapi ia malah teringat oleh mantannya.
Ditariknya foto tu dari dompetnya. Huh, seandainya!
Adu, dia melulu. Malas ah!
Ia sekejap langsung menyembunyikan benda
kenangannya dengan Audra itu di dompetnya. Bodohnya aku! Cewek berambut panjang
hitam itu mengeluh, namun penyesalan yang menginjak-nginjak batinnya nggak
pergi-pergi juga. Iih, Tari menggumam. Kenapa aku dulu menyia-nyiakannya,ya? Ga
dewasa, kurang bersyukur? Atau, dia yang terlalu seperti anak kecil?
Kenangan itu masih tertempel di otak Tari, saat
sosok yang dikenangnya itu memberikan surat kepadanya. Surat yang isinya
mengajak Tari putus dengannya.
Memang sosok Audra yang seperti anak kecil, pemalu,
pintar, berkulit cokelat, wajahnya yang bersih, dan bertubuh tinggi itu bukan
termasuk tipe Tari.
Tapi ia sulit untuk memutuskan putus atau tidak
pada saat itu. Selama ini semenjak putus dengan Audra, ia sering berkhayal,
berkhayal seandainya ia bisa lebih berpikir dewasa lagi. Namun yang sudah
terjadi tidak bisa kembali lagi.
Daripada ia teringat dengan kekerasan bapaknya, ia
mending terlintas kenangannya dengan Audra.
Plak!! Batin Tari tergoncang, tamparan bapaknya ke
bundanya itu sampai menggerakkan gendang telinganya. Bapak, Bapak! Cukup! Tari
berlari menangis.
Tak heran kalau Tari terkadang berdiam diri di
kelasnya. Wajah gelisahnya membuat dirinya penuh dengan misteri.
Tapi sesungguhnya ia termasuk perempuan sabar dan
kuat karena ia dapat bertahan dengan kondisin keluarga seperti itu.
Tet tet tet! Bunyi bel sekolah Tari berdenting,
yang menandakan jam istirahat telah usai.
Namun Tari masih tetap duduk terenung di bangkunya
sampai Yanti sobatnya itu membangunkannya dari lamunannya.
“Tar!”
“Ei, kowe kok ngelamun aja toh?”
“Ei, kowe kok ngelamun aja toh?”
“Iya nih, lagi pusing aku.”
“Ooo, makanya kowe kok nggak sholat dhuha, biasanya
kowekan rajin gitu.”
“He, itu itu Audra!” Yanti menyoel-nyoel Tari. Paan
sih! Kalau kamu suka dia jangan kayak gini dong! Alah yang suka aku apa kowe,
Ihiir!! Yanti menyindir sobatnya itu.
Tapi dengan kelucuan sahabatnya itu, akhirnya Tari
dapat tersenyum yang sejak kemarin ia terus menangis dan bersedih karena
bapaknya itu menampar bundanya yang tak sengaja mengingatkan bapaknya untuk
tidak merokok dan pulang malam.
Yan, aku tuh udah
putus dengannya! Tari menyela sobatnya denan menahan ketawa sebab melihat wajah
Yanti yang berekspresi kayak “Aming” komedian itu.
Tentu saja Tari nggak akan mengatakan ke Yanti
kalau ia sedang sedih dan menangisi takdirnya. Batas bercerita tetap ada. Dan
Tari tak ingin sobatnya itu bersedih lantaran kehidupannya yang menyedihkan.
Dan siang itu meskipun Tari mengikuti pelajaran
Bahasa Indonesia, tapi pikirannya masih melayang kemana-mana. Seandainya Audra
masih menjadi kekasihku! pasti masalahku akan reda dengan adanya dirinya.
Huh malangnya nasibku. Eiiiiihh!! Teriakannya
membuat sekelas gaduh dan kaget. Ini berawal dari Bejo yang menepuk bahu Tari.
“Tar, hihihihi, ngelamun aja, kesambet lo entar!”
Bejo pura-pura tak ngerti kesalahannya.
Padahal gara-gara dia Tari dipanggil ke depan oleh
Bu Tartik, guru paling killer di sekolah.
“Tari! Maju ke depan.”
“Tari! Maju ke depan.”
“Oh, My God!”
“Bilang apa kamu tadi ?”
“Ndak Bu, ndak!”
Semua teman Tari tertawa sambil menahan ketawa
karena tak ingin Bu Tartik mendengar ketawa mereka, namun tidak dengan Yanti
dan Audra.
Mereka terlihat sedang berpikir sesuatu.
“Ono opo ya ma Tari ?”
“Iya ya, ada apa dengan Tari, apa gara-gara aku ?”
Teman sebangku Yanti dan yang tak lain adalah Audra
mencetuskan kata-kata seperti itu. Dan membuat Yanti terkejut dan berpikir apa
sebenarnya mereka berdua masih saling suka.
Tapi…………
Di lain posisi, Bu Tartik memarahi Tari abis-abisan.
Tapi…………
Di lain posisi, Bu Tartik memarahi Tari abis-abisan.
“Tariiiii, kamu itu! Kalau kamu tidak ingin
mengikuti pelajaran saya. Kamu jangan menganggu pelajaran Ibu!” muka Tari yang
memerah membuat dirinya tampak habis makan 100 cabe merah keriting yang biasa
dilihatnya di dapur ketika ia memasak dengan bundanya.
Tet tet tet tet tet tet…………
Tet tet tet tet tet tet…………
Untung penderitaan Tari berhenti juga, bel sekolah
yang memengakkan telinga itu menyelamatkan hidupnya hari ini. Tak hanya Tari,
teman-temannya juga terselamatkan. Karena mereka ingin sekali tak mengikuti
pelajaran ini. Tapi begitu melihat Bu Tartik, akhirnya mereka mengikutinya.
“Duduk kamu! Ketua kelas pimpin doa!”
“Iya Bu.” Tari dan ketua kelasnya menyahut bersama.
Setelah Bu Tartik keluar dari kelas, Yanti dengan tas merah stroberinya itu langsung
menyambar Tari. Tar kowe kenapa?
“Iya, kamu kenapa ?”
“Iya, kamu kenapa ?”
Oh My God, Audra! Tari yang semula cemberut
langsung bersinar-sinar ketika Audra menghampiri dan perhatian kepadanya.
“Aku nggak apa-apa kok Dra! Aku cuma cuma……..”
“Cuma ngelamunin kamu Dra.” Bejo menyela perkataan
Tari namun Yanti membela sobatnya.
“Bejo! kowe ojo ngono.”
“Bejo! kowe ojo ngono.”
“Nggak nggak, aku lagi pusing aja, kamu nggak
pulang Dra ?” Tari mengalihkan suasana dan itu berhasil.
“Ya uda, aku pulang dulu ya.” Audra melirik Tari
dengan senyumnya yang bisa membuat Tari mabuk kepayang. Bejo pun mengikutinya
dari belakang.
“Tar, kowe bener-bener pusing ta ?”
“Ehmm, nggak sih, aku tadi lagi mikirin Audra tapi
gara-gara Bejo tukang usil itu, aku jadi dicereweti Bu Tartik deh.”
“Ooo, emang kowe tuh!”
“Eeemang!!!” Tari menggoda sobatnya itu dan
merangkulnya agar Yanti segera pulang dengannya. Lalu mereka harus masih
menunggu kendaraan warna biru berlabelkan “AMG”(Arjosari-Gadang) itu.
Jam 7 malam …………
Bapak sedang menonton TV dan bapak memanggil Tari. Tak
biasanya bapak mau bicara dengan Tari.
Tari, sini!Bapak mau ngomong.
Besok akan ada keluarga teman Bapak yang mau
melamarmu, jadi besok kamu harus langsung pulang setelah jam sekolah selesai.
“Tapi Pak, saya masih sekolah, masak mau dilamar.”
“Tapi Pak, saya masih sekolah, masak mau dilamar.”
“Kamu bisa tunangan dulu dan setelah lulus dari
kuliah, kamu baru menikah dengannya!”
Bapak tidak mau mendengar alasan apapun dari Tari.
Bapak tidak mau mendengar alasan apapun dari Tari.
Jika Bapak sudah bicara A, maka Tari harus
mengikutinya. Tari tak tahu harus bagaimana, tak harus berbuat apa. Tari
bingung! Tari harus bagaimana ya Allah ? Bunda mengetuk pintu kamar Tari dan
setelah bunda masuk, mereka terlibat dalam pembicaraan.
“Sabar ya anakku, Bunda selalu disini menemanimu.”
Mereka menangis berdua.
Keesokan harinya Tari tak masuk sekolah karena
untuk masuk, ia terlalu capek.
Capek menangis semalaman. Ini merupakan takdir atau
hanya kebetulan saja, Audra juga tak masuk.
Entah apa alasannya. Di sebuah rumah di jalan araya
itu, ada perbincangan antar keluarga.
“Papa, Audra tak mau dijodohkan!”
“Papa, Audra tak mau dijodohkan!”
“Nak, dia baik buat kamu! Terserah alasan kamu apa,
yang penting sekarang kamu siap-siap untuk sore nanti!”
“Pa!!!”
Jam di kamar Tari sudah menunjukkan pukul 15.00 dan
sebentar lagi ia akan dilamar.
Bun! Aku nggak mau pake kebaya ini, ia melempar
kebaya berwarna putih jika dipakenya akan pas di badannya yang ramping
itu.
Bunda, aku mau dengan perjodohan ini hanya karena
agar Bunda tak disakiti Bapak! Tari memperjelas alasannya kepada Bundanya.
Mendadak sebuah sedan hijau masuk pelan ke halaman rumah Tari dan berhenti
tepat di depan teras.
Bapak menyambut keluarga itu. Namun ada yang aneh,
anak laki-laki dari keluarga itu terlihat murung dan malas sama seperti Tari.
Selamat datang! Silahkan masuk. Bapak mempersilahkan mereka masuk.
Dibantu dengan bunda, ia segera memakai sepatu
highheels warna putih mengkilat itu dengan buru-buru. Meskipun terpaksa, Tari
akhirnya keluar dan menemui keluarga pelamarnya.
Ketika Tari bertatap muka dengan anak laki-laki
berjas hitam dengan kerah terbuka yang terlihat tampan saat itu, ia serasa mau
pingsan di tempat. Apa kamu?kamu?? Tari terheran dengannya.
“Ya benar, aku Audra!” Dia memang Audra, mantanku.
Oh, takdir macam apakah ini? Secara reflek, Tari langsung memeluk Audra dan
……………
“Tar,Aku sayang kamu!”
“Aku juga Dra, aku sayang kamu!”
sumber :